Sabtu, 26 September 2009

Puisi-Puisi Religi

PERANG

Genderang telah ditabuh
Sya’ban telah berakhir
Hari panas telah tiba
Perang segera dimulai
Perang paling besar, amat besar
Genderang telah ditabuh
Perang segera berkecamuk
Tapi anehnya
Muslim bersuka cita
Apakah akan menang perang?
Apakah yakin musuh dapat ditaklukan?
Seribu bulan, derajat ketakwaan
Imbalan dalam kecamuk perang
Harta rampasan tiada tara
Diperebutkan setiap orang
Hari kemenangan
Menandai akhir perang
Tak semua muslim menang
Yang berperang, yang menang
Yang pengecut?
………………

JATUH CINTA 1

Aku harus mengenali
Aku sedang jatuh cinta
Jatuh cinta kepada-Nya
Setiap kusebut nama-Nya Yang Agung itu
Nyata dadaku berdebar
Berdetak sekencang mungkin
Allahu akbar
Saat aku berdiri
Ingin segera kutemui
Kadang tak bisa kutahan
Ingin menemui-Mu
Subhanallah
Setelah ku bertemu
Susah hati berpisah
Betah aku di rumahmu
Ingin kuberikan yang terbaik
Untukmu dari hambamu
Tapi apa?
Kadang pula aku cemburu
Jika kulihat mereka
Mengenalmu
Melebihi aku
SAAT

Saat hati gelisah
Saat iman mulai goyah
Saat nafsu mewabah ke seluruh badan rohaniah
Naudzubillah….
Saat hati senonoh
Saat takwa kian kokoh
Saat iman memenuhi urat tubuh
Alhamdulillah….
Selalu kuingat Allah
Tuhanku
Bila engkau berpaling
Tak berarti hamba sedikit pun
Bila Engkau tak cinta
Celaka hamba sebatang kara
Hamba ini lemah
Amat tak berdaya
Tanpa pertolongan
Tanpa peringatan
Dari-Mu, Tuhanku



JATUH CINTA 2

Mengapa cinta ini tak dapat dibendung lagi?
Mengapa kasih ini tak dapat tertahan lagi?
Aku ingin bertemu
Dengan segera
Dengan lama berduaan
Aku mencintai-Mu
Namun aku malu
Karena kau selalu berikan lebih dari itu
Aku juga mau
Selalu dekat
Bahkan bersama setiap waktu
Tapi aku kotor
Kau kadang mungkin enggan dekat denganku
Yang banyak dosa
Yang kotor hatinya
Aku memohon
Cintailah aku
Setiap waktu
Sepanjang masa
Aku rindu merasakannya
Telah lama
Aku tak merasa


JANJI BERTEMU

Ini adalah cinta
Mengingatnya setiap waktu
tak membuat kalbu jemu
Mengucap-Nya setiap waktu
tak membuat lisah lelah
Menemui-Nya di pagi hari,
menyejukan hati
Menjumpai-Nya di senja remang,
menjauhkan hati dari gamang
Meratap di hadapannya-Nya di malam buta,
Membuat mata hati terbuka
Ini cinta
Sungguh, ini nyata
Kau harus percaya
Kau harus pula melakukannya
Bertemu dengannya
Di waktu-waktu istimewa




PERTANDA

Ulama di dalam penjara
Celaka karena umatnya
Pengkhianat di belakang meja
Berkeliaran begitu saja
Mentertawakan ulama
“Tuhanmu tak melindungimu”, katanya

Ulama di dalam penjara
Sedang pengkhianat di meja kerja
Adanya
Apa ini nyata?
Apa kau memperhatikannya?

Ulama di dalam penjara
Ulama di dalam bui


Ulama di balik dinding bui, jeruji besi karatan
Koruptor liburan di bali

Bulan tergantung di kedalaman laut
Mentari terbit dari Barat
Bumi kian senang muntah
Ini pertanda dari-Nya



CATATAN AKHIR RAMADHAN I

Setelah sekian hari kurindukan
Tiba pula hari ini, malam ini
Ada gembira dalam hati
Pula kecewa di lain rasa
Gema takbir berkumandang
Bedug bertalu-talu
Ketupat melambai
Daun nyiur yang dirangkai
Tapi
Sesal datang dalam riang
Sebulan ini, oh Ramadhan ini
Yang terbaik tak kulaksana
Yang malam, yang sempurna
Lailatul qodar
Aku mungkin tak mendapatkannya
Aku lalai tahun ini
Aku lengah dengan nikmat-Nya
Aku takut
Tahun depan Aku tak lagi bertemu
Dengannya


CATATAN AKHIR RAMADHAN II

Sudah saatnya dia pergi
Setelah sebulan menemani
Hari-hari
Yang panas
Yang haus, yang dahaga
Yang lapar, menganga
Saatnya dia pergi
Setahun ke depan, dan akan kurindukan
Dia pergi perlahan-lahan
Ditandai berlalunya malam-malam indah
Diiringi sorak sorai kemenangan
Lailatul qodar, malam seribu bulan
Dia pergi dengan kesan mendalam
Ditandai gema takbir berkumandang
Bedug bertalu-talu bersahutan
Diiringi bunyi petasan
Dia pergi entah akan kembali
Dalam kitab hidupku
Dalam lembaran pengalamanku
Ada sesal dalam dada
Selama ia ada, tak kujamu ia
Sesal, akankah lagi bertemu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar