Minggu, 27 September 2009

NENEK PENJUAL KAPUK

Kapuk…Kapuk…!!!
Suara serak bersaing dengan deru berbagai mesin kendaraan
Mengharap gaung gedung-gedung tinggi menjulang
Di tengahan perumahan gedean
Yang kamar tidurnya berlengkapkan spring bed
Bantal guling dari busa exlusive
Di tegah kota Metropolitan
Yang panas, yang kotor, yang mahal, yang kejam

Kapuk….Kapuk….!!!
Nenek berpakaian bertambal
Berjalan sempoyongan dengan karung bawaan
Di punggungnya yang bungkuk
Makin bengkok bekas beban
Segenggam, kapuk ringan
Sekarung, menjadi beban bawaan

Kapuk….kapuk….!!!
Karung bawaan isi kapuk
Niat untuk dijajakan
Mengisi kasur, bantal, guling
Untuk tidur anak orang
Orang lain

Kapuk….Kapuk….!!!
Nenek tua mengukur jalan
Dengan langkah telapak kaki tak beralaskan
Menjual kapuk, pengisi benda-benda empuk
Bantal empuk, kasur empuk, guling empuk

Kapuk….kapuk…!!!
Kupandang asal suara dari sebuah kedai minuman
Turun naik tenggorokannya memandang segelas teh manis dingin
Memar bibir tua kehausan
Getir, merasakan bumbu pahit kehidupan

Terima kasih
Ucapan tulus yang terucap dari lidah nenek budiman
Saat kujamu ia
Kutraktir segelas minuman

“Setiap hari aku tinggalkan
Pekumuhan
Meninggalkan cucu kesayangan
Yang tak berayah dan tak beribu
Kutinggalkan
Pada dipan
Belahan bambu berjajaran
Tanpa bantal, tanpa kasur, tanpa empuk
Tanpa kehangatan belaian
Seperti anak-anak orang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar